Minggu, 27 Mei 2012

Puisi Hitam


Puisi Hitam

Kini tibalah kita pada senja. tak lagi ia sama.
Seperti bait ini, hitam, usang, mendebu.
Syahdan, di lembar akhir, aku bersiap, kau menatapku, telah kita buka, detik berhenti , gemetar aku dan senyap, gemetar mulutku, menatapku. Aku berjalan di antara nyanyian malaikat-malaikat hitam. Satu keringat, menghempas tingkapku sudah. Jemariku putus. puing-puing rumah menghantui tidurnya. bulan tinggal satu, bumi tinggal satu, kelopak hanya tinggal satu, lilin tinggal satu, lukisan bolong, langit bolong, Kita tak percaya langit, langit itu kotor. hatiku bergetar, begitu kasar. lilin tak mematung diri pada hening di tengah malam itu.
suara violin kelambu,
membiru,
membatu.
Lindap suara yang mengecil. Anjing melolong. Derap langkah menghilang. Daun-daun gugur.
Usai ini, dunia cuti.
hatiku jadi kuburan abadi. bagai dawai dipetik kasar. Ijinkan aku jadi kubur batu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar