Kamis, 20 September 2012

Ascolta La Mia Voce

puisinya sembunyi di youtube:


ayo ayo lihat ya!

disini lho, disini...

http://www.youtube.com/watch?v=nfc-fiLv51Y





Salam petok-petok.








Lacuna


Puisiku bisa di lihat di sini ya.

Salam kukuruyuk.




http://www.youtube.com/watch?v=cWnagbQJmws&feature=channel&list=UL















Minggu, 02 September 2012

Percakapan dengan Ayah

Mataku merah jambu. Ayah membenci mata itu.

Hey, ayah.

Hey.

Apa kabar?

Mungkin baik.

Aku boleh bertanya?

Silakan.

Menjawab?

Silakan.

Pantas tidak kalau Aku jadi penyair?

Apa?

Penyair.

Penyair?

Iya. Penyair.

Hahaha. (keras)

Aku pun tertawa. Hahaha. (keras)

Dan kami berdua diam. Hening lama. Lama sekali.

Apakah Kau Sudah bertanya pada Ibumu?

Sudah.

Apa katanya?

Katanya, Aku tidak bisa jadi penyair.

Kenapa?

Karena Aku bukan Chairil.

Hmmm.

(ayahku, menghisap rokoknya, dalam. Dalam sekali)

Ibumu benar.

Iyakah? Kenapa?

Karena Kau masih anakku.

?? Kenapa?

Karena orang-orang akan menertawakanmu bila Kau
jadi penyair yang
punya ayah dan Ibu.

Aku terdiam. Lama. Lama sekali.

Di batinku perlahan tertata satu ruang arsip sastra:

"Aku bukan penyair". Kata sang penyair.

Percakapan dengan Ibu

Dulu, dulu sekali Ibuku pernah bilang padaku,

"Janganlah kau sekali-kali percaya
Pada kata cinta
Seorang penyair platonis
Karena Sejatinya mereka tak percaya
Pada kedalaman cinta, kecuali
pemujaan terhadap diri sendiri"

Apakah ibu mencintai ayah?
kukatakan kemarin.

Tapi Kenapa Ibu percaya pada Chairil?
"Mengapa Ibu selalu memberi sesaji padaku dan ayah sepotong puisinya setiap ulang-tahunmu? Kenapa hanya Chairil yang Ibu cintai di dunia ini, bukan ayah maupun Aku?"  Berondongku.

"Hmm, entahlah, Mungkin Aku jatuh cinta pada pandangan pertama, yah walau dia platonis. Aku Sudah Berusaha membencinya, tetapi yang kurasakan adalah aku mungkin membencinya lebih, tetapi Aku tak bisa mencintainya kurang. Begitu."

Lalu aku bertanya lagi, Apakah kau membenci penyair platonis?

Ya,

Lalu bila aku platonis, Ibu membenciku?

Tidak

Kenapa?

Karena Kau bukan penyair.

Ah Aku bukan penyair?

Bukan.

Kenapa?

Karena Kau tidak seperti Chairil.

Aku diam. Hening lama sekali. Lama sekali.

Mungkin tenggelam dalam airmata ketika aku
mengendarai sebuah truk
dan menabrakkannya ke tempat tidurku