Jumat, 04 Mei 2012

Sepucuk Doa Untuk Air Kata-Kata


Dariku: sepucuk doa untuk air kata-kata*


kata,
mata,
suara,
gua,
tua,
warna,
suksma.

Pejam Mata: Kita akan bertemu dan dunia memejam dalam genggammu. Saat itu, terlukislah sebaris jembatan, sepasang pintu, selembar jagat yang kau gurat di telapakkaki-tangan bocah kecil. sampai ia tua, merangkak menuju caya yang temaram. Aku pudarkan cayaku, aku luruh di airmu. Ucapnya.

Pagi Bening: kau larungkan sekuntum yang menguncup di Nairanjana-nya. Berbalut kain putih, berjalan di sisi-nya. aku melihatmu dengan mata tak menyala, tubuh tanpa nama, sukma sepadam senja. Beri aku rupa, kata. Katanya.

Kidung-kidung bertabuh: air kesunyian mengguyur tubuhku hingga ia hanyut, berdenyut dan darah melepuh di tanah, rupaku. Beri aku dada dan dahaga. Pintanya. 

Sais Purnama: Kami para lukisan menuntut, satu kata terurai sehingga pelaut-pelaut itu menemu jalan pulang. Lukisan-lukisan tak ingin digantung di dinding hitam, Beri mereka jalan pulang. Mauku. Maunya.

Sais Senja: Turunkan seekor burung dengan luncuran-luncuran menukik sedangkan senja di ufuk yang sama masih menanti satu lagi cahaya, satu lagi keheningan yang tak terukir lewat apa saja. Hanya dirinya. 

Dandang Gula: Suara suling merayuku semalam. membuatku tertunduk pada waktu yang menyembunyikan satu pertanyaan: entah kapan kita akan bertemu lagi di lindap suaramu yang merdu. Dan aku pun tergugu pada rumput perdu.

*Kado kecil untuk Sindhunata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar