Puisi Hitam
Kini tibalah
kita pada senja. tak lagi ia sama.
Seperti
bait ini, hitam, usang, mendebu.
Syahdan,
di lembar akhir, aku bersiap, kau menatapku, telah kita buka, detik berhenti , gemetar
aku dan senyap, gemetar mulutku, menatapku. Aku berjalan di antara nyanyian
malaikat-malaikat hitam. Satu keringat, menghempas tingkapku sudah. Jemariku putus.
puing-puing rumah menghantui tidurnya. bulan tinggal satu, bumi tinggal satu, kelopak
hanya tinggal satu, lilin tinggal satu, lukisan bolong, langit bolong, Kita tak
percaya langit, langit itu kotor. hatiku bergetar, begitu kasar. lilin tak
mematung diri pada hening di tengah malam itu.
suara
violin kelambu,
membiru,
membatu.
Lindap
suara yang mengecil. Anjing melolong. Derap langkah menghilang. Daun-daun
gugur.
Usai
ini, dunia cuti.
hatiku
jadi kuburan abadi. bagai dawai dipetik kasar. Ijinkan aku jadi kubur batu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar