Dariku: sepucuk
doa untuk air kata-kata*
kata,
mata,
suara,
gua,
tua,
warna,
suksma.
Pejam Mata:
Kita akan bertemu dan dunia memejam dalam genggammu. Saat itu, terlukislah
sebaris jembatan, sepasang pintu, selembar jagat yang kau gurat di telapakkaki-tangan
bocah kecil. sampai ia tua, merangkak menuju caya yang temaram. Aku pudarkan
cayaku, aku luruh di airmu. Ucapnya.
Pagi Bening:
kau larungkan sekuntum yang menguncup di Nairanjana-nya. Berbalut kain putih, berjalan
di sisi-nya. aku melihatmu dengan mata tak menyala, tubuh tanpa nama, sukma
sepadam senja. Beri aku rupa, kata. Katanya.
Kidung-kidung bertabuh: air kesunyian mengguyur tubuhku hingga ia
hanyut, berdenyut dan darah melepuh di tanah, rupaku. Beri aku dada dan dahaga.
Pintanya.
Sais Purnama: Kami para lukisan menuntut, satu kata
terurai sehingga pelaut-pelaut itu menemu jalan pulang. Lukisan-lukisan tak
ingin digantung di dinding hitam, Beri mereka jalan pulang. Mauku. Maunya.
Sais Senja:
Turunkan seekor burung dengan luncuran-luncuran menukik sedangkan senja di ufuk
yang sama masih menanti satu lagi cahaya, satu lagi keheningan yang tak terukir
lewat apa saja. Hanya dirinya.
Dandang Gula: Suara suling merayuku semalam. membuatku
tertunduk pada waktu yang menyembunyikan satu pertanyaan: entah kapan kita akan
bertemu lagi di lindap suaramu yang merdu. Dan aku pun tergugu pada rumput perdu.
*Kado kecil untuk Sindhunata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar