Dulu, dulu sekali Ibuku pernah bilang padaku,
"Janganlah kau sekali-kali percaya
Pada kata cinta
Seorang penyair platonis
Karena Sejatinya mereka tak percaya
Pada kedalaman cinta, kecuali
pemujaan terhadap diri sendiri"
Apakah ibu mencintai ayah?
kukatakan kemarin.
Tapi
Kenapa Ibu percaya pada Chairil?
"Mengapa Ibu selalu memberi sesaji
padaku dan ayah sepotong puisinya setiap ulang-tahunmu? Kenapa hanya
Chairil yang Ibu cintai di dunia ini, bukan ayah maupun Aku?" Berondongku.
"Hmm, entahlah, Mungkin Aku jatuh cinta pada
pandangan pertama, yah walau dia platonis. Aku Sudah Berusaha
membencinya, tetapi yang kurasakan adalah aku mungkin membencinya lebih,
tetapi Aku tak bisa mencintainya kurang. Begitu."
Lalu aku bertanya lagi, Apakah kau membenci penyair platonis?
Ya,
Lalu bila aku platonis, Ibu membenciku?
Tidak
Kenapa?
Karena Kau bukan penyair.
Ah Aku bukan penyair?
Bukan.
Kenapa?
Karena Kau tidak seperti Chairil.
Aku diam. Hening lama sekali. Lama sekali.
Mungkin tenggelam dalam airmata ketika aku
mengendarai sebuah truk
dan menabrakkannya ke tempat tidurku